Demi siapa...???

Semburat cahaya kekuning-kuningan perlahan mulai memancar, aura kilau cahayanya siap membujuk para pemilik jiwa lelah yang melama terlelap di balik kekegelapan kelam. Ayam jago turut membantu, dengan suara kokok meramaikan gendang kuping. Pukul 05.00 WIB, Kijang ayah telah siap dikendarai. Bersama bunda, kak Mahar bertiga akan menyeberangi pulau garam. Bagasi belakang jok mobil telah dipenuhi tumpukan barang bawaan "Ajang balasan" ke pihak lelaki. Pakaian koko, kopyah, sarung, buah-buahan, dan aneka cake siap disajikan sebagai seserahan.
Bunda bersolek cantik, anggun dan sederhana. Ayah dan kakak memakai kopyah putih.
"Pakai kopyah, biar sopan," tutur bunda.
Karena satu alasan lagi pake kopyah ibarat keharusan bagi keluarga terhormat, terutama keturunan madura. mayoritas, pemeluknya tergolong agamis. well, what can I say???
Dirasa barang bawaan udah komplit, ayah dan bunda siap berangkat.
untuk siapa???
"Benar, gak mau ikut?" ulang bunda menanyaiku.
"Pagi ini aku harus ke sekolah bunda," tuturku. dan bunda pun senyum memaklumi.
"Hati-hati kalo pulang, jangan banter-banter kalo sepeda'an, jangan lupa baca salawat" pesan bunda mengingatkanku. aku mengangguk iya.
Perlahan mobil yang mereka tumpangi hilang menjejaki arah jalan. Hm, dari kemarin hari bunda memang memintaku untuk ikut ke acara balasan pinangannya sepupuku ke pihak lelaki. entah kebetulan, disengaja atau tidak, aku memang memilih untuk tidak ikut.karena yah, pas bebarengan dengan aktivitasku. namun, mungkin ada untungnya juga saat kudengar kak Aab saudara ketigaku berujar,
"Bilang aja kalau takut kena sindiran," dahiku bekernyit.
"Egp...biarin aja," ceplosku ngasal.
"Kasiaan nur, baru aja kuliah, eh gak taunya dilamar orang, trus bentar lagi mau nikah," kak Aab mengomentari realita kisah gadis bernama "Nur". dia adalah anak perempuan dari adik ibuku. baru saja memasuki masa sweet seventeen.
"Yah, kalu sudah takdirnya mau diapakan lagi kak?" sahutku.
"Dek, nasib itu bisa dirubah kalau selagi kita bisa mengubahnya," balasnya.
"Tapi kalau gak bisa dirubah, mau diapakan lagi kak, terkadang saat kita menerima takdir dan yakin bisa menjalaninya dengan arif, apa salahnya, toh buat kebaikan mereka sendiri" jelasku.
"Menurut kamu keluarga bibi seperti itu pula," tatapannya mengamatiku.
"Semoga saja gitu kak, lagian kondisi Nur kan udah kayak gitu," dia manggut-manggut berharap pula.
"Lagi pula hidup ini amanah kak, sgala sesuatu akan diminta pertanggung jawabannya," tukasku menambah.
"Waduhh...tumben bijak, gak kayak biasanya," tangan kanannya mengelus kain biru yang menutupi rambutku. di sore lima hari lalu ini, percakapan kakak beradik ini akan ku ingat.

***
Matahari pun terbenam, sekitar pukul 18.15 WIB ba'da maghrib.
ayah dan bunda telah kembali dari madura. seusai sholat, dengan pakaian daster bunda, ayah, aku, adikku Layla duduk berlesehan di ruang keluarga. kami menyantap hidangan gule kambing, sisa daging kurban yang sudah di freezer. tak lama kemudian, bunda memulai cerita...
"Tadi, Nur dikasih uang sama tunangannya, trus kerabat-kerabat mertuanya pada ngasih uang," aku dan adik hanya tersungging tak berucap.Bunda banyak bercerita tentang "Nur", yang katanya si prianya sudah mapan, udah kerja di Jakarta, lalu bla-bla...sgala cerita menggiurkan tentang seluk beluk calon suaminya Nur membuatku terperangah. bukan terkesima atau apalah, entah ini picik atau tidak, aku beranggap merubah nasib, tapi terjebak dalam kubang pemikiran sempit yang memaksa naluri untuk memberi keputusan. saat kurekam perkataan Bu lek...
"Anak perempuan kalo sudah berumur itu, seharusnya cepet-cepet dinikahkan, sekolah tinggi-tinggi, ya urusannya tetap dia berkewajiban jadi ibu rumah tangga," papar bu lek tempo hari, saat berkunjug hari raya kurban ke rumahku.
tapi Egp lah...
sebulan ini aku mendapati kabar, tiga sepupuku yang masih abg berubah status dadakan,
"Nur" 17 tahun baru dipinang keluarga tajir pengusaha besi tua yang kini tinggal d jakarta,
"Fatma" telah menikah dengan kondisi "kontoversi", gadis berusia 16 tahun ini nekat tak kuasa menginginkan hidup bersama lelaki tiga anak, dan masih memiliki istri pertama.entah, kemana sanubarinya menjelajah, ia tak peduli lagi dengan permohonan ortunya, yang mengasihinya agar niat itu diurungkan saja. tapi, Fatma ngotot. akhirnya, kini dia resmi menjadi istri kedua lelaki yang katanya borjuis nan berangkatan pol. tragisnya, setelah menikah ayah Fatma mengusirnya jauh agar tak perlu kembali ke rumah.Astaghfirullah... akankah restu itu sampai???
"Ulfa" minggu kemarin pun telah duduk dipelaminan. sama-sama suka, saling mencintai, komitmen dia dan pacarnya memilih untuk berijab kabul saja. daripada menjadi fitnah berkepanjangan. setelah perbuatan Ulfa yang sempat geger, membuat shock neneknya, oleh pamanku dititahkan untuk segera menikah. pasca bercerai ortunya, ia tinggal bersama ibu ayahnya di Surabaya.Ramadan kemarin, hampir dua minggu dia tiba-tiba kabur dari rumahnya. pencarian pun dilakukan, walhasil ternyata dia tinggal satu kontrakan bersama cowoknya. Seluruh keluarga marah dan malu...
Ketiga gadis inilah, bunda membagi cerita dengan aku dan adik. meskipun bunda tak menjelaskan maksud kisah ini, tapi aku mengerti. dan aku bersyukur, bunda mulai bisa membaca keadaan. karena bunda mempercayai kedua mutiara indahnya itu. maka, sebagai anak kita wajib menjaga kepercaayaan itu. agar titipan sang ilahi senantiasa selamat dari segala bisikan penghuni kegelapan.
Bintang-bintang di langit berkelip indah bertaburan. tubuh pun mulai terasa meringkih ingin berebahan. pukul 22.00 Wib, selojoran di atas ranjang, sebelum terpejam, ku ingin mengucapkan selamat dulu buat Nur atas pertunangannya. selang jam kemudian, hp ku berbunyi, satu pesan balasan masuk.
open...
from: Dulur Nur
081xxxxxx

makasih mbak...
sebelumnya aku minta maaf ya mbak...
pas aku dilamar, jujur aku ngerasa punya salah banget ama pean...

aku sontak tertawa. lalu aku reply.

ngapain minta maaf dek...
kalo udah waktunya, mau di apakan lagi...
udah, dijalani saja...
sepertinya ini memang waktu mu untuk memulai hidup baru...
selamat yah...!!!

send.

Nur membalas lagi.

entahlah mbak, aku pasrah saja.
habis ini, aku berhenti kuliah.
mungkin dengan ini, aku bisa meringankan beban umi dan kak Ali yang udah membiayai hidupku. dengan ini, mungkin aku bisa membalasnya sebagai anak yang ingin membahagiakan keluarganya.

Kusudahi sms itu. tak membalasnya.
kalo pun ingin membalas, ingin sekali ku bertanya kepada Nur, "Apakah kamu sendiri bahagia menjalani semua ini???"
Fatma dan Ulfa menikah, karena alasan cinta. demi cinta mati untuk lelaki mereka.
Lalu Nur,,,,