-obrolan tentang seusai kuliah-

Suatu hari aku dan teman-teman perempuanku berkumpul. seperti biasa, ada saja topik obrolan yang kita bicarakan, tentang aktivitas kita, tentang hal-hal konyol yang kita alami sendiri, tentang style mode pakaian yang lagi nge-trend, tentang makanan enak dan pahit pun di lidah menjadi percakapan kita, bahkan hal tak penting pun membuat kami berbetah untuk ngerumpi.

Ada yang bilang ngerumpi itu negatif, tapi apalah arti wanita kalo sudah bertemu, ada saja cerita yang terbagi. selain, melakukan hal ini bisa mengeratkan rasa pertemanan kami. dan saat itu, kita tengah membahas apa yang akan kita lakukan setelah lulus wisuda? serentak, mereka menjawab kalau ada jodoh ya menikah. lalu, kutanya balik, kalo belum ketemu dengan jodohnya, bagaimana? bekerjalah pilihan mereka. satu temanku menyanggah, pokoknya tidak menganggur.

seakan tak ada jawaban yang memastikan, apa yang akan terjadi setelah kita memakai toga. padahal, jika mau tegas dan percaya. kita bisa mencari jawaban lain, perkataan yang mampu memotivasi dan buat kita berani mengambil sikap. kita wanita, berhentilah memasrahkan diri. karena tuntutan orang rumah, kadang mendesak kita untuk mengalah dan menerima keadaan yang membuat kita tidak siap menjalani. karena rasa takut, kadang kita tergesa-gesa mengharap sang pinangan adam mengunjungi kita, dan faktor bertambahnya usia, merongrong pikiran kita, sehingga ada sindiran sudah cukup umur, segeralah berrumah tangga. wanitaku, kita telah terjebak akan kegelisahan bertubi-tubi, yang sesungguhnya tak berarti. bukalah mata kita, ingatlah impian-impian yang pernah kita utarakan, begitu bangganya kita memproklamirkan. namun, lebih bersyukurnya, jika semburat impian itu kau ubah segera berwujud pelangi kehidupan. ah, alangkah indahnya kan kau nikmati.

kawan, ada kalanya kita perlu tegas. apalagi, menyangkut perjalanan kehidupan kita sendiri. kita juga bisa bernahkoda, melaju dengan kapal bersiap bersiar menghalau deburan ombak yang sewaktu-waktu akan menghantam. melewati samudra luas, sampai menggapai fajar di ufuk timur. saat, tatapan mereka mengarahku, aku terhenyak terpaku diam. "ada apa, kalian melihatku?" tanyaku. "bis wisuda, kamu sendiri bakal ngapain?" aku pun tersenyum. karena sejak pertanyaan itu meluncur, aku tak berkutik, aku hanya penasaran ingin mendengar pernyataan mereka. dan kini giliranku, lalu kuucap, "aku pengin jadi penulis," walau ku ragu mengatakannya, tapi ku yakini saja. sebab, setiap ucapan adalah doa. terlebih, jika ungkapan itu tulus.